Perut Ditumbuhi Kawat Tajam

SIAPA bisa mencegah takdir. Ketika Tuhan sudah berkehendak, maka akan jadilah ia. Ini cerita tentang seorang wanita yang benar-benar tabah, sabar dan segala kata puji untuk kekuatannya menghadapi penyakit. Yah, penyakit aneh yang sampai sekarang belum terdiagnosa. Bayangkan bagaimana bila setiap hari ada kawat yang tajamnya bak duri pohon salak menempel di perut. Keluar dari dalam tubuhmu, menembus kulitmu dan menimbulkan sakit yang tak terperikan.

Cerita bermula sekitar 17 tahun silam. Noorsyaidah, seorang wanita berusia 23 tahun. Syaidah remaja adalah wanita yang santun. Dia rajin beribadah. Pada suatu hari di antara hari-hari yang tak mengenakkan tahun 1991 silam, penderitaan Syaidah bermula.

Kala itu, Syaidah sedang mandi. Tak ada firasat apapun saat itu. Syaidah mandi seperti biasanya ia mandi. Tapi, dari situlah semua berawal. Tiba-tiba dia merasakan perih yang tak terkira di sekitar perutnya. Sakitnya seperti ditusuk benda tajam kecil yang menembus kulit.

Penasaran, Syaidah menoleh ke perutnya. Pemandangan yang tersaji benar-benar membuat wanita itu kaget. Ada benda kecil berujung runcing menusuk perutnya. Tak jelas dari mana datangnya benda itu. Belum hilang kekagetan Syaidah, benda asing itu gugur ke lantai kamar mandi. Syaidah memungutnya.

Belakangan, Syaidah mengerti bahwa benda asing itu adalah kawat berujung tajam. Syaidah bingung bukan kepalang. Darimana datangnya kawat itu? Belum lagi keheranan itu terjawab, rasa sakit kembali datang. Saat itu, Syaidah melihat ada kawat yang keluar dari dalam perutnya. Menembus kulit perutnya, meninggalkan bekas darah dan nanah. Barulah dia mengerti bahwa kawat itu berasal dari dalam perutnya.

Kawat di perut Syaidah berujung tajam. Panjangnya 10-20 cm. Bentuknya kecil sekali seperti kabel kuningan. Sejak 17 tahun silam, kawat-kawat di perut Syaidah sudah ribuan kawat tajam yang berjatuhan. Tak ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan rasa sakit Syaidah. Dengan penderitaan yang terus berlipat itu, dia hanya bisa berpasrah diri.

Saat mulai mengetahui tentang penyakit itu, Syaidah disergap rasa bingung. Untungnya, dia memiliki sifat mulia. Syaidah tak ingin penyakitnya itu menjadi beban pikiran bagi orang lain. Itulah sebabnya, dia masih enggan menceritakan tentang kawat aneh itu kepada keluarganya yang lain. Kepada H Umar, ayah kandungnya sendiri, Syaidah enggan untuk menceritakannya.

Namun, bagaimanapun dia menutupi penyakitnya tersebut, akhirnya keluarganya tahu juga. Bermula dari kakaknya Safriansyah. Lama-kelamaan, ayah mereka pun mengetahui penyakit aneh tersebut. Hal itu tentu saja menjadi beban tersendiri bagi Syaidah. Yang membuat Syaidah stres adalah, ayahnya itu sudah tua dan sakit-sakitan.

Terakhir, yang membuat Syaidah benar-benar anjlok dan terpukul adalah ketika ayahnya meninggal. Bukan kematiannya yang membuat Syaidah merasa sangat terpukul. Tetapi, pemicunya. Syaidah ingat benar, ayahnya memegang perutnya. Lalu, dia melihat wajah ayahnya terlihat sedih sekali. Setelah itu, sakit ayahnya semakin parah dan kemudian berujung pada kematian.

Hari berganti hari. Syaidah mulai terbiasa dengan penyakit aneh yang dideritanya. Meski untuk itu dia mesti menjalani hari-hari yang perih. Setiap hari tersiksa dengan kawat tajam yang keluar dari perutnya. Yang tanpa permisi membuat lubang kecil di hampir seluruh titik di area perut Syaidah. Perihnya bukan main.

Syaidah adalah manusia super tabah. Dia menceritakan, sejak sakit anehnya itu menyerangnya, dia sudah mencoba berobat ke segala rumah sakit. Hanya satu yang dia tak mau, berobat ke paranormal. Syaidah berpikiran, kalau dia berobat ke paranormal, berarti dia sudah menduga yang tidak-tidak dengan penyakitnya. Padahal, dia ingin menerima semua cobaan itu dengan ikhlas.

“Saya tabah dan menerima dengan ikhlas. Pasrah kepada Allah, hanya itu yang membuat saya bertahan. Saya tak pernah berpikiran aneh tentang penyakit ini. Saya yakin, ini hanya cobaan Tuhan untuk membuat saya lebih sabar lagi,” kata Syaidah, yang membuat siapapun trenyuh mendengarnya.

Siapapun yang melihat kawat di perut Syaidah pasti akan bergidik ngeri. Menurut Syaidah, kawat tajam itu bisa bertahan sampai 1 atau 2 minggu di dalam perutnya. Waktu jatuhnya tak bisa diperkirakan. Kadang sedang mandi kawatnya jatuh. Atau, bila sedang shalat, tiba-tiba kawat tajamnya terjatuh.

Kawat-kawat tajam yang sudah jatuh dari perut Syaidah dikumpulkan. Bila sudah banyak, kawat itu dibakar. Cara membakarnya tak ada ritual khusus. Suka-suka mereka saja membakar.

“Sembarang saja, Mas, bakarnya gimana,” kata Safri.

Syaidah menuturkan, saat shalat adalah yang paling membuat dia sakit. Kenapa? Karena terkadang kawat-kawat tajam di perutnya menusuk bagian perutnya yang lain. Hal itu membuat dia kesakitan sekali. Tetapi, sakit seperti apapun, Syaidah tak mau meninggalkan shalat barang sekalipun. Dia tetap berusaha menunaikan kewajibannya tersebut.

“Semakin sakit, semakin saya berusaha. Saya nggak mau nyerah,” cetusnya.

IKUT KAKAK

Noorsyaidah paling akrab dengan kakaknya Safriansyah. Anak kelima dari enam bersaudara itu ikut dengan kakaknya sejak kecil. Sejak mereka tinggal di Samarinda kemudian pindah ke Sengata, Kutai Timur (Kutim). Nah, Safrilah orang pertama yang diberitahukan tentang penyakit adiknya itu. Safri tak ingat benar kapan dia diberitahu. Tapi, seingat dia, sudah lama sekali.

“Yah, waktu masih baru-barunya adik saya itu sakit,” kata pria yang memelihara jenggot dan kumis di wajahnya itu.

Waktu pertama kali diberitahu penyakit adiknya itu, Syafriansyah sempat tak percaya. Dia bingung dan sama sekali tak tahu apa yang dilihatnya.

“Siapa yang nggak bingung, Mas. Lihat kawat tajam keluar dari perut,” ujarnya.

Sejak lima tahun lalu, Safri pindah ke Sengata, Kutai Timur. Kutai Timur atau biasa disingkat Kutim merupakan pecahan dari Kabupaten Paser. Sengata adalah ibukotanya. Safri sekeluarga pindah ke sana dan mendirikan pengajian An Nisa. Syaidah juga diborong ke sana. Kebetulan sekali, dua anak Safri amat dekat dengan Noorsyaidah. Jadi, kemanapun Safri pindah, pasti Syaidah dibawa.

“Saya dulu pernah kerja di Barito Pasific lalu berhenti dan berniat berdagang, sekaligus mendirikan pengajian,” imbuhnya. “Sekalian memberikan suasana baru untuk Syaidah. Supaya dia lebih tenang. Di Sengata kan masih sepi, bagus untuk menenangkan diri,” sambungnya.

MULAI MENGAJAR

Sejak dua tahun silam, Noorsyaidah mulai mengajar di taman kanak-kanak (TK) Seni Semai Bangsa. TK itu berada di bawah kendali PKK Kutai Timur. Istri Bupati Kutim Ny Awang Faroek menjadi pelindung TK tersebut.

Safriansyah, kakak kandung Syaidah menceritakan, bekerja di TK amat membantu Syaidah melupakan sejenak penyakit yang dideritanya. Syaidah mulai bisa menjalani hidupnya dengan penuh semangat. Tak lagi terbebani dengan banyak macam rasa sakit dan perih di perutnya.

“Dia akrab dengan hampir semua muridnya. Tapi, saya ingat benar, ada enam atau lima orang murid yang amat dekat dengannya,” tutur pria tersebut.

Safri—panggilan akrab Syafriansyah—menuturkan, sebenarnya Syaidah tak bisa benar-benar dibilang sudah lepas dari penderitaan, ketika sedang mengajar. Syaidah mesti memegang ujung baju di bagian perutnya, agar bajunya itu tak mengenai ujung kawat yang menempel di perutnya. Sungguh, bukan pekerjaan yang mudah, mengajar di depan kelas sambil berkutat dengan rasa sakit.

Selama menjadi guru TK, tak satupun guru-guru yang lain di sekolahnya tahu tentang penyakit Syaidah. Hal itu memang sengaja dilakukan. Safri tak ingin sakit adiknya itu menjadi beban bagi orang lain. Syaidah juga yang meminta agar sakitnya itu dirahasiakan untuk sementara. Di lingkungan sekolah, hanya Ny Awang Faroek yang mengetahui tentang penyakitnya itu. Syaidah berpesan kepada Ny Awang supaya tak menyebarluaskannya lagi.

“Ibu Bupati sering bantu kami. Kadang, kalau ke Jakarta, beliau sering konsultasi dengan ulama tentang penyakit adik saya,” tuturnya.

TAK MAU DIOBATI PARANORMAL

DUA pekan terakhir ini, Noorsyaidah tinggal di Jl Merdeka III Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Di Samarinda, ada kakak kandung Noorsyaidah yang lain selain Safriansyah yakni Hj Siti Robyah. Rumah kakak Syaidah itu terletak di dalam gang yang cukup besar. Ada garasi mobil di depan rumahnya. Teras rumahnya dipenuhi tanaman hias dan pot bunga yang menarik.

Sejak berita tentang penyakit Syaidah menyebarluas, rumah asri itu ramai didatangi. Setiap menit, setiap jam, ada saja yang bertandang ke sana. Maksud dan tujuannya bermacam-macam. Ada yang sekadar bersimpati. Tapi, ada juga yang datang dengan maksud baik, untuk menolong Syaidah dari penyakitnya. Mereka yang datang dengan maksud itu adalah paranormal. Bahkan, sempat ada paranormal yang pernah berusaha menyembuhkan Syaidah dengan cara menggelar ritual khusus. Tapi, akhirnya paranormal itu sendiri yang kerasukan.

Sejak itu, keluarga Syaidah sedikit memilah-milah setiap tamu yang hendak berkunjung. Namun, Safriansyah selalu siap menjawab pertanyaan apapun tentang adiknya. Syafriansyah adalah pimpinan pengajian An Nisa di Sengata, Kutim. Safrilah orang yang selalu berada di belakang Syaidah. Apapun tentang adiknya, Safri pasti akan selalu berusaha menolongnya.

Safri juga yang mengatur tentang pengobatan adiknya. Dia yang paling keras menentang, bila Syaidah akan diperiksa oleh paranormal. Menurutnya, dia sekeluarga yakin bahwa apapun itu pasti datangnya dari Tuhan. Pun begitu dengan penyakit adiknya. Jadi, dia tak akan mengobati ke paranormal, karena itu akan membuatnya berpikir bahwa penyakitnya itu ditimbulkan oleh manusia.

“Saya tetap berusaha untuk mengobati, tapi bukan ke paranormal,” katanya, mantap.

Di Samarinda, Syaidah bukanlah orang baru. Dulu, dia pernah tinggal lama di rumah tersebut. Syaidah sendiri lahir di Samarinda di Jl Kebahagiaan. Di rumah kakaknya di Jl Merdeka itu, Syaidah juga cukup dikenal oleh para tetangganya. Tapi, para tetangga baru tahu tentang penyakit tersebut, saat koran-koran mulai memberitakannya, awal Juli lalu.

Reny, salah seorang tetangga Hj Siti Rabyah di Jl Merdeka menuturkan, dia sudah lama bertetangga dengan kakak Syaidah itu. Dulu, dia memang pernah mendengar tentang penyakit itu. Tapi, karena tak pernah melihat secara langsung, Reny tak lekas percaya.

“Iya, Mas. Dulu pernah ada kabar, tapi, saya kan belum pernah lihat langsung. Jadi, nggak percaya,” kata ibu muda tersebut.

Rumah Reny terletak persis di sebelah kiri (jika menghadap rumah kakak Syaidah). Reny berjualan makanan ringan dan sembako di rumahnya. Sore itu, ketik a sedang ditemui, Reny sedang bersama ibu dan seorang anaknya.

“Kami jarang sih, kumpul dengan keluarga Syaidah. Syaidah juga jarang keluar, yah, mungkin karena penyakitnya itu ya,” ungkapnya.

DIOBATI RUMAH SAKIT

Sejak Jumat (11/7) lalu, Noorsyaidah mulai menjalani perawatan di RSUD A Wahab Sjahranie (RSUD AWS), Samarinda. Pengobatan Syaidah langsung ditangani oleh Direktur RSUD AWS dr Adjie Syirafudin.

Syaidah menjalani beberapa item pemeriksaan, yakni tes darah, rontgen serta CT Scan. Pengambilan sampel darah ditujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam darahnya. Rumah sakit juga berusaha memastikan bahwa benda yang keluar dari tubuh Syaidah memang kawat besi.

“Tim kami sudah melakukan penelitian. Kami berusaha mengidentifikasi benda apa yang ada di dalam perutnya,” kata Adjie.

Tapi sayangnya, Adjie tak bersedia menyebutkan hasil pemeriksaan medis. Menurutnya, itu atas permintaan keluarga Syaidah. Mereka tak ingin hasil pemeriksaan diketahui publik. “Itu juga merunut pada etika medis,” tuturnya.

RSUD AWS serius menangani penyakit Noorsyaidah. Untuk itu, sudah ada enam dokter spesialis disiapkan. Semuanya ahli di bidang masing-masing. Ada ahli bedah, ahli bedah tulang, ahli jiwa dan ahli rontgen.

“Kami full team. Ada juga ulama yang akan mendampingi,” ungkap Adjie.

Kenapa harus ada ulama? Adjie menuturkan, ulama diperlukan untuk berunding dengan para dokter, kalau-kalau penyakit yang dialami oleh Syaidah tak berhubungan dengan medis. Ulama itu yang akan banyak berperan.

“Kami juga tak ingin mengesampingkan unsur apapun, termasuk faktor nonmedis,” imbuhnya.

Di rumah sakit, sebuah kamar khusus di Ruang Teratai sudah disiapkan. Namun, pihak rumah sakit belum bisa menjelaskan kapan tepatnya semua rencana itu akan dilakukan. Saat ini, pihaknya baru saja melakukan pemeriksaan awal. Semuanya, tergantung dengan keluarga Syaidah dan Syaidah sendiri.

ISTIRAHAT TOTAL

Sejak Sabtu (12/7) lalu, Noorsyaidah beristirahat total di rumah kakaknya Jl Merdeka III. Tamu yang datang hanya diterima di teras rumah. Keluarga Syaidah banyak yang berdatangan ke rumah tersebut. Rupanya, Noorsyaidah dan kakaknya benar-benar menyembunyikan perihal penyakit itu.

Buktinya, banyak keluarga Syaidah yang bahkan baru tahu penyakitnya setelah membaca di koran. Syaidah rupanya enggan membagi kesusahannya dengan orang lain. Dia lebih ingin membawa rasa tak nyaman itu sendirian.

“Dia memang sengaja tak mau bilang ke banyak orang. Banyak keluarga yang ndak tahu soal penyakitnya. Dia tak mau nyusahin keluarga,” tutur Safriansyah, kakak kandung Noorsyaidah.

Sebelum beristirahat total, beberapa pejabat sempat datang ke rumah Hj Siti Robyah di Jl Merdeka III. Walikota Samarinda Achmad Amiens dan istrinya juga sempat datang. Nah, beberapa hari setelah orang nomor satu di Samarinda itu datang, RSUD AWS menawarkan bantuan untuk pengobatan Syaidah.

“Saya tak tahu siapa yang biayai pengobatan. Kami hanya diminta datang ke rumah sakit. Sampai sekarang belum keluar satu peserpun,” ujar Safriansyah. (**)

Diposting oleh ikram (qra) Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates