SATU per satu dedengkot Jawa Pos (JP) membagi-bagikan ilmunya. Kamis malam lalu, giliran Doan alias Dos yang memberikan kelas. Di JP, Dos termasuk baru. Dia masuk menjadi wartawan pada 2002 lalu. Kini, dia punya jabatan yang cukup mentereng, Kepala Kompartemen Metropolis. Halaman paling bergengsi milik Jawa Pos. Kelas dimulai sekitar pukul 21.30, atau beberapa saat setelah Dos selesai merampungkan semua pekerjaannya. Metropolis sendiri deadline pukul 21.00. Dos umurnya masih muda. Meski terkesan sedikit kaku saat memberi kelas, tetapi beberapa bocoran ilmu yang dia sampaikan sungguh amat berguna. Dia membuka kelas dengan pertanyaan singkat. Sembari memegang bundelan koran Metropolis, Dos bertanya, apa yang menurut kami menjadi ciri khas dari Metropolis. Pertanyaan lain, apakah ada sesuatu di dalam Metropolis yang tak dimiliki koran halaman kota di daerah. Beberapa orang bilang, halaman JP terlalu santai. Banyak berita ringan dan tak menempatkan porsi politik di halaman depan Metropolis. Dos tertawa mendengar semua alasan itu. Bukan tawa mengejek. Tapi dia mengaku senang dengan semua alasan yang disampaikan. Semua pertanyaan dijawabnya. Disebutkannya, Metropolis tak melupakan keaktualan dan kehangatan berita. Dos berpendapat, berita politik membuat orang jenuh. Untuk menyiasati agar orang tak jenuh, dia punya rumus sendiri. Caranya, menempatkan berita ringan bertema hiburan di halaman depan Metropolis. Gunanya untuk membuat halaman itu lebih hidup dan bervariatif. Berita yang bersifat serius tetap diakomodir di halaman depan Metropolis, tetapi untuk gambar utama, dia mengutamakan sesuatu yang soft dan enak untuk dilihat. “Politik ada tempatnya sendiri. Di halaman dua Metropolis,” kata Dos. Doan lantas memberikan pertanyaan. Pertanyaannya satu saja, tetapi ada banyak jawaban yang disampaikan oleh 8 peserta magang. Dos bertanya, sebenarnya apa itu jurnalisme? Beberapa jawaban disampaikan. Ada yang bilang, jurnalisme adalah menyampaikan kebenaran, memberikan informasi dan membuat orang menjadi tahu. Pada dasarnya, semua jawaban yang disampaikan benar. Itu merupakan makna besar dari jurnalisme. Tetapi, apakah hanya itu arti dari jurnalisme. Menurut Dos, jurnalisme memiliki makna yang luas. Hiburan juga jurnalisme. Meskipun memiliki banyak makna. Tetapi, tujuannya tetap satu, membuat orang menjadi tahu dan menyampaikan informasi yang benar kepada pembaca. Namun saat ini, hiburan pun menjadi salah satu bagian dari jurnalisme. “Berita hiburan akan membuat koran lebih hidup,” ucapnya. Hal lainnya, ketika dipercaya memegang Metropolis, Dos meminta agar halamannya dibebaskan dari iklan. Kenapa? Jawabannya simple saja, tetapi sungguh memiliki arti. Halaman yang baik harus memiliki ciri khas. Kalau setiap saat komposisi berita dan halaman selalu berubah-ubah karena iklan, ciri khas halaman tersebut tidak akan pernah muncul. Satu solusinya adalah, membebaskan halaman dari iklan. Kalaupun tak memungkinkan, Dos rupanya masih menolerir iklan yang berukuran kecil. “Yah, kalau hanya iklan kecil di pinggir mungkin tak masalah. Tapi jangan setiap hari,” tuturnya. Masih ada beberapa hal lain yang menjadi ciri khas dari Metropolis. Dos menyebutnya dengan celotehan khas Surabaya. Menurutnya, untuk membuat pembaca merasa akrab dengan korannya, dia harus menampilkan sesuatu yang akrab di telinga warga. Kalau di Surabaya, yang akrab, ya kutipan bahasa Jawa di dalam berita. “Kutipan khas Jawa di Metropolis membuat warga Surabaya lebih akrab dengan koran ini,” katanya serius. Jika rumus Dos tentang celotehan khas itu diterapkan di Balikpapan. Rasanya kita musti berpikir lebih panjang untuk mencari, bahasa apa yang kira-kira bisa merekatkan Post Metro dengan pembaca. Kita sama tahu, Balikpapan merupakan kota pendatang. Siapa warga asli Balikpapan? Ahh…jadi ingat dengan Mas Ono, komandan kriminal yang kerap menggunakan celotehan Jawa di dalam berita. Saya setuju. Itu tidak salah. Sebagai kota pendatang, Jawa menjadi penyumbang pendatang terbesar. Selain semua yang disebutkan di atas, ada hal lain yang juga tak kalah menarik. Menurut Doan, salah satu jurus ampuh untuk memikat pembaca adalah menampilkan berita lucu yang (sekali lagi) menghibur. Dos memberikan contoh. Bila reporter melakukan wawancara dengan pelawak, pasti ada ucapan-ucapan lucu yang dilontarkan sang pelawak. Kalimat-kalimat lucu itu harusnya dimasukkan dalam tubuh berita. Bahkan kalau bisa, jadikan dia sesuatu yang menonjol dan memancing tawa pembaca. “Dulu, kami punya kolom khusus di kirian yang menampilkan berita-berita lucu. Beritanya tak harus peristiwa hangat. Tapi, bisa kejadian unik yang didapatkan oleh reporter saat meliput. Dikemas dengan bahasa menarik dan lucu, itu akan menarik minat pembaca,” katanya. Mungkin cukup itu dulu, hal lainya akan dijelaskan dalam laporan lainnya. Terima kasih untuk teman-teman yang merasa mendapat sesuatu dari dalam sini. Kalau pun tak ada yang didapat, setidaknya saya masih merasa bersyukur ada yang membaca ini. (ikram)
Diposting oleh ikram (qra) Label:
REKAN-rekan Post Metro semuanya, semalam ada kelas lagi. Mentornya Kurniawan Muhammad. Dia orang senior di Jawa Pos (JP). Sebelas tahun berkiprah di JP. Kini, dia mengendalikan halaman satu bersama Redaktur Pelaksana dan Pimred. Jabatan resminya adalah, Kepala Kompartemen Liputan Khusus JP. Sedikit tentang Kurniawan Muhammad (Kum), dia bertugas mengatur perencanaan liputan untuk pemberitaan cover story, laporan khusus dan berita tentang liputan khusus lainnya. Dia membawahi para wartawan di metropolis. Sama seperti Dos (Kepala Kompartemen Metropolis). Bedanya, Kum tak membawahi langsung. Tapi, berhak menugaskan bila berita yang sedang dia garap berada di pos salah satu wartawan metropolis. Kum menuturkan, yang tersulit dari liputan khusus adalah pencarian ide. Ide itu tak bisa dipelajari. Tetapi butuh penghayatan. Tak ada sekolah yang mengajarkan orang mencari ide. Tapi, ide bisa datang ketika kita berusaha untuk mencarinya. Caranya adalah dengan banyak membaca, mencari referensi dan berkawan dengan banyak orang. Referensi bisa dari mana saja, koran kita sendiri, koran lain atau internet. Kum menceritakan, untuk edisi hari ibu 22 Desember mendatang, dia mengambil tema besar; ibu-ibu yang mempunyai anak terkenal. Siapa tak pernah mendengar nama Andi Malarangeng dan Rizal Malarangeng. Dua adik kakak yang sukses di panggung politik. Lalu, siapa pula tak kenal dengan Jaksa Agung Hendarman Supanji yang sekarang sedang bonyok membenahi nama baik institusinya, kejaksaan. Tapi, apakah mereka yang kenal dengan tokoh-tokoh tersebut juga kenal dengan ibunya. "Itulah yang coba saya tuliskan. Masih penggarapan. Nanti terbit pada hari ibu," kata dia. Lalu, Kum juga menceritakan, dia pernah mendapat ide dari koran yang terbit di Padang. Koran tersebut memberitakan sekilas tentang tiga direktur perusahaan di Padang yang semua istrinya dokter gigi. "Itu kan menarik. Tapi, penggarapannya musti berbeda," kata dia, lantas menjentikkan jari. Tentang cover story, Kum pun mengisahkan, dia baru benar-benar serius menggarap berita tersebut sekitar 2 bulan silam. Oh ya, cover stroy terbit di halaman satu setiap hari Senin. Kum juga menceritakan, kenapa dia memilih hari Senin untuk cover story. Alasannya, pada hari Senin, berita-berita yang ditulis oleh wartawannya kurang bisa mengangkat penjualan. Dengan cover story, ada sesuatu yang berbeda. Dia yakin, kalau digarap dengan serius, cover story bisa menekan lesunya penjualan pada hari Senin. "Apalagi bila intens menggarapnya. Pembaca pasti menunggu, kira-kira apalagi ya cover story Jawa Pos hari ini. Nah, kalau orang sudah menunggu seperti itu, koran kita bisa tetap eksis dan berkiprah. Tapi kalau sudah tak ada yang diharap dari koran tersebut, tunggu saja tanggal kematiannya," ujarnya serius. Cukup banyak yang dibahas pada kelas malam itu. Tapi sayang, karena mulai kelasnya jam 12.00 malam, jadi Kum agak sedikit terburu-buru. Tetapi, dia sempat memberi bocoran; untuk cover story, tema besarnya adalah tentang kemanusiaan dan kasus-kasus yang sedang terjadi tetapi menyedot perhatian seperti pilgub Jatim yang tiga episode. Lalu, Kum juga menggambarkan cara penggarapan laporan khusus. Untuk edisi laporan khusus yang terbit pada hari Senin, Kum mulai menugaskan para wartawan mencari berita sejak hari Rabu. Pada hari tersebut, dia juga membuat out line (garis besar) untuk alur beritanya. Out line itu disampaikan ke para wartawan. Semua tugas dia minta dikumpulkan pada hari Sabtu. Jadi, dia punya waktu satu hari untuk mengedit. Kalau ada data yang masih kurang, bisa langsung dikejar pada hari itu juga. Mungkin itu dulu laporan yang bisa saya sampaikan. Kalau ada kata yang kurang atau mungkin kelebihan, saya mohon kerelaan teman-teman untuk memaafkan. Apa yang saya sampaikan bukan untuk menyombongkan apapun. Tak ada niat sama sekali. Thanks untuk yang membaca dan mendapat sesuatu dari bacaan tersebut. NB: Tadi malam juga sempat ketemu dengan Leak Kustiya. Dia sekarang Pimred Radar Surabaya. Ada cukup banyak hal yang disampaikan oleh Leak. Tapi, khusus untuk dengan Leak itu, saya butuh waktu untuk menuangkannya. Mungkin, perlu pertemuan sekali lagi dengan dia, baru bisa dituangkan menjadi laporan. Intinya, Leak bercerita tentang pengalaman dia mencari sisa dua persen pasar di Surabaya yang sudah diduduki Jawa Pos. Kini, di Jawa Pos, hanya ada dua koran yang bisa hidup. Jawa Pos dengan 98 persen kekuatan pasarnya dan Radar Surabaya dengan kaisan 2 persen sisa pasarnya tersebut. Oh ya, dua persen itu masih harus dia perebutkan dengan koran-koran kecil yang lain. Semoga bisa terlaksana, thanks... (ikram)
Diposting oleh ikram (qra) Label:
Teman-teman seperjuangan di Kerajaan Post Metro, apa yang ditulis ini hanya sekadar pengalaman saja. Tak ada maksud apapun. Hanya sharing apa yang saya dapat di sini. Semoga bermanfaat untuk kemajuan Pos Metro. RENCANA tiga bulan di Jawa Pos (JP) mungkin tak kesampaian. Kabar beredar cepat di antara teman-teman magang, bahwa tak sampai tiga bulan, para ‘kelinci percobaan’ (bahasa Pak Syafril dan Cak HQ) akan ditarik kembali ke kampung masing-masing. Jujur saja, saya menyambut gembira kabar tersebut. Alasan utama, tentulah kangen dengan suasana kantor sendiri yang pastinya lebih indah ketimbang kantor manapun. Alasan lainnya, transportasi di Surabaya begitu sulitnya. Lebih tepatnya, kesulitan mengingat begitu banyaknya jalan, sehingga harus tersesat puluhan kali untuk ke satu tempat. Harap dimaklumi. Dua minggu di redaksi JP, ada pergantian suasana yang begitu berbeda. Mungkin karena ini koran yang menyakralkan deadline, sehingga kesibukan di kantor berjalan terus-menerus dari pagi sampai siang ketemu sore dan tembus malam hari. Pagi hari, kesibukan dimulai oleh para redaktur. Mereka (para redaktur) rapat pagi menjelang siang. Hasil rapat diteruskan ke para wartawan yang langsung terjun ke lapangan. Di JP, wartawan memang tidak rapat pagi. Menurut Cak HQ, tidak rapatnya para wartawan itu mengingat kondisi lalu lintas di Surabaya yang padat. Bila rapat pagi dipaksakan, wartawan baru bisa berada di lapangan siang hari. Itu amat tidak efektif. Jadi, diputuskan hanya redaktur yang melakukan rapat. Saya menggambarkan itu bukan sebagai keinginan untuk menghapuskan rapat pagi di Post Metro, loh. Karena, kondisi lalu lintas di Balikpapan belum seperti Surabaya. Jadi, alasan macet tak kuat untuk menghapus rapat, hehehehe… Sebenarnya, yang ingin saya bagi di sini adalah suasana rapat perencanaan para wartawan dan redaktur Metropolis (Kota). Dua kali saya mengikuti rapat pagi mereka, dua kali juga saya terkesima. Metropolis menggelar rapat setiap Jumat malam (sudah pernah ada di laporan pertama) setelah pengerjaan halaman selesai dilakukan. Semua wartawan dan redaktur wajib hadir. Yang izin, harus sepengetahuan kepala desk (kompartemen) Metropolis. Di JP, kepala kompartemen Metropolis adalah Doan alias Dos. Orangnya masih muda dan ramah. Dia yang memimpin rapat perencanaan mingguan. Para redaktur (banyak juga yang lebih tua dari Dos) berkumpul di sisi kiri Dos. Sementara, para wartawan mengelilingi Dos dari ujung kanan sampai ke sebelah depannya. Setelah membuka rapat, Dos melemparkan beberapa tema halaman yang harus direncanakan. Biasanya, untuk persiapan dua minggu ke depan. Mulai dari halaman minggu, sosok, berita boks (feature) atau tema-tema menarik lainnya. Dos melemparkan rapat ke audiens. Dia meminta usul dari para wartawannya tema apa yang kira-kira menarik untuk dijadikan berita di rubrik mingguan. Usul pun mengalir. Tak semua diterima. Nah, memilah-milah mana yang musti diterima dan tidak adalah tugas dari redaktur yang duduk di sisi kiri Dos. Tugas Dos memutuskan. Semua pembahasan dilakukan di dalam rapat. Diskusi pun terjadi. Wartawan bersikukuh usulnya bagus. Sedangkan redaktur berusaha membedah, kenapa usul itu layak menjadi berita. Wartawan pun memberikan alasannya. Kadang sampai seribu alasan, hehe… Sesekali, guyonan segar mengalir. Tapi, tetap diiringi dengan diskusi. Saling olok, kata mereka, itu biasa saja. Kalau rapat sudah melenceng, tugas Dos adalah mengembalikan ke tema. Dia merupakan pengendali rapat. Audienslah yang menjadi pelakunya. Ide-ide keluar dari masing-masing wartawan. Misal; mereka yang mangkal di kantor polisi memberikan usul, layanan SIM di mal layak menjadi edisi cover story JP untuk hari Senin. Lalu, wartawan bidang kesehatan memberikan usul berbeda, ada pasien kanker di rumah sakit. Cocok menjadi boks edisi Jumat, Sabtu dan Minggu. Semua usul diblejeti satu per satu di forum rapat. Mulai dari angle sampai dengan foto. Lantas, siapa yang bertugas menulis beritanya. Ya, si pemberi ide. Kalau berita yang akan dia tulis terbit pada edisi Minggu depan, maka dia diberi waktu empat hari untuk membuat tulisan. Selama empat hari itu, dia dibebaskan dari berita harian. Tetapi, kalau ada info kejadian, tetap harus koordinasi dengan teman yang lain. Post Metro (maaf kalau bahasa saya nantinya terkesan menggurui) punya beberapa halaman khusus mingguan (sebenarnya sudah pernah disinggung juga di laporan pertama). Dua yang menurut saya bisa menjadi andalan adalah Reportase dan Investigasi. Reportase membahas isu kota sedangkan investigasi membahas segala kejadian (kriminal) yang pernah terjadi di Balikpapan. Laporan reportase dan investigasi ditulis dengan bahasa bertutur yang renyah. Permasalahannya, dua halaman itu kerap tidak disertai perencanaan yang matang. (Maaf) saya lama bergumul dengan investigasi. Yah, sebenarnya halaman investigasi keberatan namanya. Sebab, dia hanyalah pengulangan mengulas peristiwa yang pernah terjadi dalam kurun satu minggu. Bukan hasil investigasi yang memakan waktu dan biaya. Yang membedakan, investigasi ditulis dengan bahasa bertutur. Sehingga, lebih menjadi sebuah catatan yang ditambahi harapan dan keinginan di akhir berita. Kalau saja dua halaman itu direncanakan dengan penggarapan yang matang, kemungkinan besar mereka akan menjadi ikon Post Metro ke depannya. Tapi syaratnya, harus ada seseorang yang menggarapnya dengan serius. Tentunya dengan dukungan dari tenaga wartawan lainnya. Perencanaan bisa dilakukan pada rapat Sabtu. Tetapi, yang direncanakan edisi minggu depan, bukan edisi besok. Yang kita lakukan beberapa tahun terakhir adalah, membahas halaman untuk edisi besok. Yah, jadinya memang hanya pengulangan berita di sana-sini. Jawa Pos memang unggul pada berita-berita mereka yang ada di halaman Metropolis. Sebenarnya, siapa yang paling berperan dalam keunggulan tersebut. Jawabnya, bisa redaktur, bisa juga wartawan dan mungkin bisa lay outer-nya (tanya ke Iwan, soalnya lay out Metropolis koncone Iwan). Pengamatan saya, wartawan di Jawa Pos mengalir begitu saja di lapangan. Tetapi, di belakang mereka ‘kan ada redaktur. Malam hari, terkadang ada diskusi kecil antara redaktur dengan wartawannya. Diskusi itu untuk bahan berita yang akan dikejar besok. “Angle dipertajam oleh redaktur,” kata Dos. Para wartawan di JP (khusus Metropolis) kumpul di kantor sekitar pukul 16.00. Pada jam tersebut, kesibukan redaksi sudah hampir full. Desk Metropolis terisi penuh oleh wartawan dan redaktur. Batas waktu masunya berita pukul 19.00, setelah itu ada sanksi. Nah, menariknya, karena ini koran deadline ada sanksi khusus untuk wartawan yang terlambar menyetor berita. Hapus libur bila tiga kali terlambat! Ternyata, tak ada rapat tetap ada sanksi hapus libur. Korban paling banyak dari reporter Metropolis, sebab mereka hanya punya waktu tiga jam untuk mengetik berita. “Karena waktu mepet, kadang ada wartawan yang ngetik di warnet, kemudian mengirimnya lewat email redaktur. Itu sah saja, tapi dia tetap harus ke kantor,” ujar Dos lagi. Sekian dan terima kasih. Malam ini ada kelas lagi, insyaAllah akan saya laporkan keesokan harinya. Semoga semuanya bermanfaat. Thanks untuk semua yang membaca. (ikram)
Diposting oleh ikram (qra) Label:
Selasa (9/12) kemarin, ada kelas lagi dengan Cak HQ (Baehaqi). Ada bedah tulisan. Cak HQ mengomentari tulisan mulai dari tanda titik, koma, tata cara bahasa, lead dan beberapa hal lain. Ternyata setelah sekian lama, baru tahu kalau penulisan waktu itu tak perlu menggunakan koma. Misal; kata Kapolres Balikpapan M. Arkan Rabu (10/12) kemarin. HQ juga memberi contoh berbeda. Kalau nama orang lebih dulu ditulis sebelum jabatan, penulisannya berbeda lagi. Misal; kata M. Arkan, Kapolres Balikpapan, Rabu (10/12) kemarin. Tanda koma sebelum kemarin itu, bukan milik kemarin. Tetapi mengapit kapolres. Soal istilah, Cak HQ juga mempermasalahkan penulisan istilah yang berakhiran. Misalnya, di JP tidak ada lagi kata-kata seperti mengkoordinir, mengeliminir, dan beberapa istilah yang lain. Sebagai gantinya, istilah-istilah itu ditambahkan dengan akhiran sasi. Misal; mengkoordinasi dan mengeliminasi. Lalu, ada juga pembahasan yang lain. Cak HQ menyarankan supaya jangan menulis komentar orang berpanjang-panjang. Komentar dari orang, cukup ditulis pendek2 saja. Kalau perlu, cukup satu kalimat. Jika terpaksa dua kalimat, usahakan kalimat yang kedua pendek sekali. "Kutipan itu sifatnya mempertegas pernyataan seseorang." begitu kata Cak HQ waktu ditanya alasannya. Cak HQ juga mempermasalahkan kebiasaan wartawan (termasuk saya tentunya) yang sering mengulang kalimat pernyataan dengan kutipan langsung dari sumber. Itu diharamkan. Buatlah kutipan langsung yang berbeda dengan pernyataan. Tentang lead berita, Cak HQ bilang, baiknya lead tulisan dibuat pendek. Tiga kalimat atau empat kalimat sudah cukup. Isi lead juga ringkas dan menggambarkan bentuk berita. Untuk yang ini, pasti semuanya sudah mengerti. Sekian, kalau ada tambahan dari teman2 yang lain, monggo… Mohon maaf kalau ada yang salah. Wassalam...
Diposting oleh ikram (qra) Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates