Dukun Cabul dari Batu Ampar


SEORANG pengamen ditangkap karena melakukan praktek perdukunan. Celakanya, praktek dukun yang dilakukannya ternyata nyeleneh. Sang korban diminta membuka baju dan belakangan dicabuli. Tentu saja si korban (sebut saja Intan, 27 tahun) marah-marah. Akhirnya, setelah proses damai yang dilakukan buntu, dukun cabul pun dilaporkan ke polisi.

Sang dukun cabul bernama Wisnu Hadiono alias Mbah Senen (40). Dia berasal dari Jombang, Jawa Timur. Di luar kegiatannya sebagai dukun cabul, Wisnu biasanya berprofesi sebagai pengamen. Dia sering beroperasi di Terminal Batu Ampar. Setiap beraksi di dalam bus, Wisnu selalu membawa peralatan lengkap. Peralatannya berbeda dengan pengemis kebanyakan yang hanya bermodal gitar butut. Alat mengamen Wisnu adalah tape recorder besar yang bisa digunakan untuk berkaraoke. Juga ada mikropon sebagai pengeras suara. Lagu yang sering dibawakannya adalah lagu berirama dangdut. Sering dia membawakan lagu bertema islami.

Perbuatan cabul Wisnu dilakukan di Jl Soekarno Hatta Km 4,5 RT 67 Batu Ampar, Balikpapan Utara. Tempat kos-kosan itu selain sebagai rumah tinggal juga digunakan untuk praktek perdukunan. Mbah Senen ditangkap polisi pada Rabu (18/6) lalu. Kejadian yang dialami Intan terjadi satu hari sebelumnya.

Intan sempat diajak damai oleh Mbah Senen, tetapi dia menolak. Karena upaya damai buntu, akhirnya kasus itu bergulir sampai ke kantor polisi. Mbah Senen diciduk begitu laporan dari Intan masuk.

Kapolsekta Utara AKP Eko Budiarto menuturkan, kejadian itu bermula saat Mbah Senen menawarkan pekerjaan kepada Intan. Mbah Senen bilang ke Rita, ada pekerjaan di PT KFE Pupuk Kaltim.

Tetapi, sebelum memberikan pekerjaan itu, Mbah Senen bilang kepada Intan supaya dia datang ke rumahnya. Semula, Intan akan datang berdua dengan temannya. Namun sialnya, belakangan teman Intan itu ada urusan lain. Terpaksalah Intan datang sendirian.

Sampai di rumah Mbah Senen, mereka berdua berbicara sebentar. Sehabis itu, Mbak Senen membaca mantra dan memijat badan Intan. Eko menuturkan, sehabis diperiksa dan dibacakan mantra, badan Intan langsung lemas.

Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Mbah Senen. Melihat Intan tak berdaya, Mbah Senen langsung melucuti semua pakaian ibu muda itu dan mencabulinya. Nah, setelah sadar, Intan merasa ada yang ganjil dengan praktik dukun Mbah Senen.

“Kejadiannya sekitar jam 3 sore. Keesokan harinya, baru Intan melapor ke kami,” kata Eko.

Intan yang dihubungi belakangan mengaku, dia mencari kerja karena terpaksa. Penghasilan suaminya ‘hanya’ Rp 800 ribu perbulan. Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, dia terpaksa mencari pekerjaan. Kebetulan sekali, Wisnu menawarkannya kerja.

“Dia ngajak damai, tapi saya nggak mau,” katanya.

Kini, Mbah Senen meringkuk di penjara. Dia tak bisa berkaraoke lagi di dalam bus. Akibat perbuatannya, polisi menjerat dia dengan pasal 290 KUHP. Ancaman penjaranya maksimal 7 tahun penjara. (qra)

Diposting oleh ikram (qra) Label:

Cerita Sedih Dibalik Pencarian Jenazah Hj Patonah

Ikram al Qodrie

BEBERAPA jam setelah jenazah Hj Patonah (79) ditemukan di hutan kawasan Bukit Soeharto, Post Metro berbincang dengan anak menantu Hj Patonah, Jalali Harahap. Meski memendam kesedihan, Jalali masih melayani permintaan wawancara. Kelelahan tampak sekali di wajah pengusaha ini. Maklum, Jalali baru saja melakukan perjalanan ke Samarinda, kemudian balik lagi ke Balikpapan dan melakukan pencarian jenazah ibunya di Km 60 Jl Soekarno Hatta selama 1,5 jam lebih.

Di Penajam Paser Utara (PPU), Jalali Harahap bukanlah orang kebanyakan. Dia adalah pengurus Partai Golkar, partai yang menjadi pemenang dalam pemilihan kepala daerah di Penajam dengan mengusung Andi Harahap dan Mustakim. Selain sebagai pengurus partai, Jalali juga merupakan salah satu pengusaha dan menjadi ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Penajam Paser Utara (PPU).

Jalali menuturkan, dia benar-benar meluangkan hampir semua waktunya untuk mencari ibu mertuanya, Hj Patonah. Begitu mengetahui bahwa ibunya hilang pada Kamis (29/5) lalu, keesokan harinya dia langsung meluncur ke Sepaku untuk mencari informasi.

“Pada hari Kamis, ibu sempat menelepon ke keluarga di Semarang. Tapi nggak diangkat, karena masih sibuk. Keluarga di sana sempat menelepon saya, mau tahu bagaimana kabar ibu. Saya langsung mengutus salah satu anak saya untuk ke Sepaku, ternyata ibu tidak ada di rumah. Kata pembantu di sana, ibu sedang berbelanja,” kata Jalali dengan mimik sedih.

Karena berpikir tidak ada masalah, Jalali lantas memutuskan untuk pergi ke Sepaku pada hari Jumat (30/5) besoknya. Pada hari Jumat, dia kembali mendapat kabar Patonah tak pulang ke rumah. Jalali mulai kebingungan, dia pun memutuskan pergi lagi ke Sepaku. Di Penajam, Jalali tinggal di Petung, dia menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menuju rumah ibunya.

Dari para tetangga ibunya di Sepaku, Jalali mendapat kabar bahwa Patonah bepergian dengan Rahmat alias Amat, mantan sopir ibunya yang dulu pernah dipecat.

Menurut Jalali, penyebab Amat dipecat hanya masalah sepele. Patonah umurnya sudah 79 tahun, biasanya sedikit cerewet. Mungkin, Rahmat sembrono ketika menggunakan mobil dan akhirnya dipecat oleh Patonah.

“Ibu sangat sayang dengan mobilnya. Mungkin Rahmat ugal-ugalan waktu bawa mobil, jadi ibu nggak senang,” katanya.

Patonah adalah warga Pasar ITCI, Sepaku. Mesi sudah uzur berusia 79 tahun, Patonah masih sehat dan lincah menjalankan usaha dagang. Dia mempunyai toko kelontong yang berdagang alat-alat kebutuhan rumah tangga dan berbagai pernak-pernik semisal sepatu, tas, kain dan baju serta celana.

Pada saat tahu bahwa Patonah bepergian dengan Amat dan belum pulang selama dua malam, Jalali sebenarnya sudah curiga, ada yang tidak beres. Dia bahkan sudah menyiapkan mentalnya guna menghadapi kabar paling pahit sekalipun. Hal itu dia ungkapkan kepada salah seorang kerabatnya yang sama-sama berangkat ke rumah Patonah di Sepaku.

Dari rumah Patonah, Jalali lantas meluncur ke rumah Amat. Di sana, Jalali sempat bertemu dengan istri Amat yang sedang hamil. Jalali bertanya kepada wanita itu, di mana suaminya berada saat ini, tetapi istri Amat mengaku tak tahu. Suaminya juga tak pernah menghubungi dirinya sejak Rabu (28/5) lalu.

Deg…jantung Jalali seakan tertahan begitu tahu bahwa Amat tak pulang ke rumah. Dia semakin yakin bahwa ibunya terjebak dalam bahaya. Selesai dengan istri Amat, Jalali langsung menuju Polsek Sepaku, dia melaporkan ibunya yang tak pulang selama dua hari. Amat disebut sebagai orang terakhir yang bersama ibunya. Tak berhenti sampai di situ, Jalali juga menghubungi paranormal untuk mengetahui keberadaan ibunya. Dari paranormal, didapat kabar bahwa ibunya berada di Samboja dalam keadaan kritis.

“Jasadnya disembunyikan makhluk halus,” kata Jalali, menirukan ucapan paranormal yang ditemuinya.

Berbekal petunjuk dari paranormal, Jalali pergi ke Samboja. Dia melapor ke polsek di sana. Dia juga datang ke Polsek Tahura (Taman Hutan Rakyat). Pada hari Sabtu (31/5) lalu, Jalali mendapat kabar bahwa mobil ibunya ditemukan di pinggir hutan Kariangau, Balikpapan Barat. Jalali semakin kebingungan. Dugaannya semakin menguat bahwa ibunya memang berada dalam bahaya.

Jalali lalu merapat ke Mapolsekta Balikpapan Barat. Setelah memastikan bahwa itu adalah mobil ibunya, Jalali lantas menghubungi Polres Penajam untuk memberitahu kabar tersebut. Tetapi Jalali masih belum puas, dia lalu berusaha untuk mencari kabar lebih banyak lagi. Dari berbagai informasi yang dia kumpulkan, Jalali mengetahui bahwa Amat sempat mendatangi rumah kakaknya di Samarinda Seberang, Rapak Dalam.

Pada Selasa (3/6) lalu, pria tersebut meluncur ke Samarinda. Tujuannya adalah mendatangi rumah Indar, kakaknya Amat untuk mendapat cerita lebih lengkap. Tetapi, belum lagi sampai di jalan, teleponnya berbunyi. Polisi dari Mapolsekta Balikpapan Barat menghubunginya dan memberitahukan bahwa Amat sudah tertangkap. Jalali banting stir ke Balikpapan dan membatalkan niatnya bertemu dengan Indar.

Mobil dikebut balik ke Balikpapan. Di jalan menuju ke Balikpapan, Jalali terus berkomunikasi dengan polisi. Akhirnya, Jalali dan anggota Polsekta Balikpapan Barat yang di-back up Polres PPU janjian bertemu di Km 45 Jl Soekarno Hatta. Amat berada di dalam rombongan polisi, mereka akan melakukan pencarian jenazah Patonah.

Setelah bertemu, rombongan langsung berangkat. Kepada koran ini, Jalali mengaku, dia menyimpan geram yang amat sangat dengan Amat. Jika mengikuti kata hati, ingin rasanya dia menghampiri Amat dan memukulinya sampai puas. Tapi, dia berusaha menahan dan memfokuskan diri pada pencarian jenazah ibu mertuanya.

Kepada polisi, Amat mengaku bahwa dia membunuh dan membuang Patonah di sekitar Km 60 Bukit Soeharto. Dia membuang di dekat trotoar. Pencarian mulai dilakukan. Jalali memboyong banyak sekali sanak keluarganya dari Penajam. Mereka menggunakan truk, rombongan itulah yang membantu pencarian jenazah Patonah sampai dapat.

Pencarian dimulai dari Km 50 Bukit Soeharto. Sedikit demi sedikit jalan disusuri, setiap menyusuri trotoar, rombongan berhenti dan mulai mencari. Ada juga yang terus berjalan pelan sambil menghirup udara dalam-dalam. Tujuannya adalah mengendus bau bangkai yang pasti timbul dari jenazah Patonah.

Amat mengaku dia membunuh Patonah pada Rabu (28/5) lalu. Berarti, jika dihitung sampai waktu pencarian pada Selasa itu, maka jenazah Patonah sudah berumur 6 hari dan tergeletak di pinggir jalan. Bau menyengat pasti menyeruak dari jenazah yang tergeletak di pinggir jalan selama enam hari.

Benar saja, seorang tukang ojek memberitahukan kepada salah seorang petugas polisi bahwa dia mengendus bau yang sangat tidak nyaman di Km 60 Bukit Soeharto. Hampir seluruh rombongan bergerak ke sana. Dan benar saja, sesosok mayat tampak menyeruak dari semak-semak. Baunya menyengat sekali. Sampai radius 30 meter, masih tercium jelas. Seruan menyebut asma Allah langsung berhamburan.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar,” kalimat itu tak putus diucapkan ketika jenazah dievakuasi ke dalam mobil ambulance.

Insiden kecil sempat terjadi pada saat pencarian jenazah. Mobil yang ditumpangi oleh Amat kebetulan berpapasan dengan rombongan keluarga Patonah. Beberapa orang keluarga Patonah langsung merangsek mendekati mobil Isuzu Panther milik Patonah itu.

Salah seorang bahkan berhasil mendekat sampai ke jendela mobil. Tangannya berusaha menjotos Amat. Satu pukulan dilesakkan, untungnya seorang petugas Polsekta Balikpapan Barat langsung menarik Amat. Mobil dilarikan menuju ke Balikpapan.

Jalali sendiri mengaku dirinya puas sekali ketika tim pencari berhasil menemukan jenazah ibunya. Tetapi, ketika pertama kali melihat jenazah Patonah, pandangannya langsung kabur, dia limbung nyaris pingsan.

“Saya nggak tahan, Mas. Rasanya saya marah sekali dengan Amat. Tapi sudahlah, saya sudah senang meskipun hanya bertemu dengan jenazahnya saja. Plong sekarang. Minimal, sekarang ibu bisa beristirahat dengan tenang,” tuturnya.

Jalali mengisahkan, sebelumnya dia memang pernah bermimpi dia diserang dengan beberapa orang. Waktu itu, katanya, dia berusaha untuk melindungi salah satu temannya.

“Yah, mungkin ini arti mimpi itu. Waktu itu saya nggak terlalu mikirkan, karena banyak sekali kegiatan berkenaan dengan Pilkada,” ungkapnya, sebelum pergi meninggalkan lantai tiga Gedung Biru, Selasa (3/6) lalu. (*)

Diposting oleh ikram (qra) Label:
Elly dan Cerita Pembunuhan yang Dilakukannya
Tak Sadar Menikam, Semua Kejadian di Luar Kendali

WAJAH Elly Rotty (bukan Ely Roti seperti diberitakan kemarin) terlihat memendam kesedihan. Dia tak lagi sesangar waktu kali pertama ditangkap polisi Minggu (1/6) lalu. Matanya bengkak karena kurang tidur. Saat diwawancarai Post Metro, terlihat Elly berusaha sekali agar tak menitikkan air mata. Meski sebenarnya air mata itu sudah akan jatuh. Kepada koran ini, Elly bercerita tentang kronologi pembunuhan yang dilakukannya, tentunya menurut versi dia.

Ikram al Qodrie

Baju yang dikenakan Elly sama persis dengan ketika kali pertama dia ditangkap polisi. Dia tak berganti baju karena belum ada satupun keluarganya yang datang menjenguk. Istri dan anaknya juga tak pernah datang. Praktis, dia hanya menyantap makanan harian dari polisi dan mengenakan baju tahanan pemberian petugas jaga Polsekta Barat.

Saat ini, kata Elly, istrinya sedang hamil besar. Mungkin, dalam beberapa hari ini akan segera melahirkan. Elly berpikir, kemungkinan besar hal itulah yang membuat istrinya tak menjenguk dia. Anak yang akan keluar dari rahim istrinya itu adalah yang ketujuh. Sebelumnya, Elly sudah punya enam anak dari istrinya tersebut. Tapi, yang ikut dengan dia hanya tiga anak. Sisanya berpencar ke tempat sanak saudara yang lain.

Sehari-harinya, Elly bekerja di sebuah tempat pembuatan batu bata. Tugasnya sebagai pengangkat kayu yang akan digunakan untuk membakar batu bata. Dia bekerja seperti itu sudah dua minggu. Gajinya tergantung berapa kayu yang bisa dia muat. Satu truk kayu dihargai Rp 25 ribu. Dalam satu hari, Elly mengaku dia bisa mengangkut kayu sampai tiga truk bahkan lebih.

Elly sering bekerja sambil menenggak minuman keras. Seperti yang dia lakukan siang itu bersama seorang kawannya. Dua minuman keras jenis Kolonel menemani dia ketika bekerja mengangkat kayu.

Sore sehabis kerja, Elly langsung pulang ke rumahnya di Kariangau, Balikpapan Barat. Untuk masuk ke rumahnya, Elly harus melewati gang kecil. Ketika lewat di rumah salah seorang tetangganya, dia sempat ditegur dengan kata-kata yang cukup kasar.
Hal itu membuat Elly marah. Tapi dia tak menanggapi. Elly langsung pulang ke rumahnya. Dia sempat ‘curhat’ ke istrinya bahwa dia baru saja dimarahi tetangganya. Tapi, istrinya menenangkan. Istrinya itu menyuruh dia tidur di kamar. Tapi, sampai sore sekitar pukul 18.00 Wita, Elly tak juga bisa tidur.

Gerah di rumah, mantan penjual karcis Terminal Batu Ampar itu berjalan-jalan keluar. Sebelum melangkah keluar dari rumah, Elly membungkus badik pemberian temannya dengan kertas dan menyelipkannya di pinggang. Elly berjalan tak tentu tujuan. Habis maghrib, Elly duduk-duduk di belakang warung dekat rumahnya.

Saat sedang duduk-duduk itu, datanglah Wahyu yang ingin buang air kecil. Elly mengatakan, dia sama sekali tak punya niat apa-apa. Ketika melihat Wahyu selesai buang air kecil, Elly memanggilnya dan meminjam api rokok. Begitu selesai membakar rokok, entah kenapa Elly langsung menikamkan badiknya ke bagian perut Wahyu.
“Saya ndak sadar, Mas. Sumpah. Setelah itu saya langsung lari. Wahyu sepertinya sempat akan mengejar saya, tapi dia jatuh,” katanya.

Elly mengakui, dia sama sekali tak tahu kenapa bisa menikam. Dia bahkan tak sadar ketika menikam. Semua terjadi di luar kendali dia. Sehabis menikam, Elly mengakui, dirinya sangat ketakutan. Dia berlari ke hutan dan sempat tertidur di lapangan berpasir di dalam hutan. Dia terbangun sekitar pukul 03.00 Wita, Minggu (1/6).

Saat terbangun, yang ada di kepala Elly adalah, ingin pulang ke rumahnya. Dia bingung dan ketakutan. Berjalan kurang lebih dua kilometer, Elly sampai di rumahnya. Istrinya membukakan pintu dan menceritakan, ada yang mencari-cari dia. Dia tak tahu siapa yang mencari. Istrinya Elly menyarankan agar suaminya itu bersembunyi dulu, biar dia mencari informasi dulu apa yang terjadi.

Pagi hari sekitar pukul 08.00 Wita, Elly keluar dari rumahnya. Satu malam itu dia betul-betul kelelahan. Bersembunyi di dalam hutan, tidur kenyamukan di dalam hutan dan kini masih harus sembunyi lagi. Tujuan pertama yang ada di dalam otak Elly adalah rumah bosnya di Balikpapan Baru. Elly datang ke sana dan meminta uang Rp 50 ribu. Setelah dari sana, dia lalu naik angkot ke Terminal Batu Ampar dan menumpang bus tujuan ke Samarinda.

Elly turun di Km 24 Jl Soekarno Hatta. Dari sana, dia berjalan kaki ke kebun keluarganya. Letak kebun keluarganya itu cukup jauh. Elly tak bisa menghitung berapa jarak yang dia tempuh. Di benaknya hanya ada pikiran cepat sampai di tujuan dan segera beristirahat. Selama satu malam, matanya tak bisa terpejam dengan tenang. Bayangan tentang kejadian itu selalu berseliweran di dalam kepalanya.

Sampai di kebun keluarganya itu, Elly lalu menceritakan apa saja yang telah dialaminya. Oleh beberapa orang keluarganya, Elly disarankan untuk menyerahkan diri. Daripada bersembunyi terus, lebih baik dia datang ke polisi dan menceritakan semua dengan sejelas-jelasnya.

“Saya istirahat di sana. Lalu sore harinya, Pak Polisi datang menangkap saya,” imbuhnya.

Kini, setelah semua terjadi dan dia meringkuk di penjara, Elly mengaku dirinya sudah pasrah. Apapun yang akan terjadi, dia berusaha untuk menghadapi. Untuk istrinya, dia sudah memberitahukan agar segera mengambil uangnya yang masih ada pada bosnya. Uang itu adalah hasil dia mengangkut kayu yang belum dibayar. Selain itu, dia juga masih ada uang hasil penjualan batu bata. Uang itu juga masih ada pada salah satu temannya. Semua uangnya itu berjumlah sekitar Rp 450 ribu.

“Uang itu untuk biaya melahirkan istri saya. Sudah saya bilangi, harus kemana-mana saja kalau ingin mencairkan uang itu,” katanya, pelan. (*)
Diposting oleh ikram (qra) Label:

Nenek Menghilang, Uang Rp 10 Juta Raib

BALIKPAPAN – Seorang nenek berumur 79 tahun dilaporkan hilang oleh anaknya. Nenek bernama Hj Patonah itu tak pulang ke rumahnya di Pasar ITCI Km 2 kelurahan Marida, kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Anehnya, mobil nenek tersebut ditemukan di dekat hutan Kariangau, Balikpapan Barat dalam keadaan kosong. Belakangan, sang sopir yang mengantarkan Patonah menghilang.

Anak kandung Patonah datang ke ruang redaksi Post Metro malam tadi, sekitar pukul 21.00 Wita. Pria itu bercerita panjang lebar soal neneknya yang menghilang tanpa jejak. Menurut Jalali, ibunya itu membawa uang Rp 10 juta. Uang itu akan digunakan untuk berbelanja berbagai barang semisal tas, kain, sepatu.

“Ibu saya punya toko kelontong di Penajam. Rencananya, dia akan berbelanja ke Samarinda dan Balikpapan,” katanya.

Jalali menceritakan, ibunya meninggalkan rumah pada Rabu (28/5) pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Patonah berbelanja ditemani oleh Amad, tetangganya. Amad tak punya hubungan keluarga dengan Patonah. Tetapi, pria itu sering digunakan jasanya untuk mengantarkan Patonah berbelanja ke Samarinda dan Balikpapan.

Jalali menceritakan, semula ibunya itu akan berbelanja dengan ditemani oleh Andre. Tetapi, karena Andre ada keperluan lain, akhirnya Amad yang menemani ibunya. “Amad dulunya merupakan sopir resmi ibu. Tapi karena ada masalah, akhirnya diberhentikan. Gantinya Andre. Nah, waktu itu, karena Andre ada keperluan, Amad yang dipanggil untuk menemani ibu belanja,” tuturnya.

Nenek Patonah berangkat ke Samarinda menggunkan mobil Suzuki Phanter bernomor plat H 8879 VY warna abu-abu. Toko yang akan didatangi di Samarinda adalah toko Piala di kawasan Pasar Pagi.

Sejak itulah nasib Patonah tak diketahui lagi. Jalali mengatakan, dia dilaporkan oleh tetangga ibunya di Pasar ITCI, pada Kamis lalu, bahwa ibunya tak pulang ke rumah sejak Rabu lalu. Jalali merapat ke Penajam pada hari Jumat. Begitu sampai di sana, dia langsung mencari informasi.

“Saya tak berani menyimpulkan apa-apa. Kasusnya sedang ditangani polisi. Saya juga tak ingin menduga-duga,” kata pria tersebut, yang ketika datang ke Post Metro didampingi oleh dua orang kerabatnya.

Jalali menambahkan, pada hari Sabtu (31/5) lalu dia mendapat laporan mobil yang digunakan oleh neneknya untuk pergi ke berbelanja ditemukan di Kariangau. Penemuan mobil itu tentu saja membuat Jalali kebingungan. Ada apa ibunya sampai menyasar ke Kariangau. Sebab biasanya, bila pulang ke Penajam ibunya selalu lewat di Km 38 Jl Soekarno Hatta.

Lebih anehnya lagi, dia tak bisa menemukan Amad yang waktu itu mengantarkan ibunya berbelanja. Amad menghilang entah kemana. Dia sudah mendatangi istrinya di Penajam. Tetapi, wanita itu mengaku tak pernah berkomunikasi dengan Amad sejak hari Rabu itu.

“Alasannya, Amad tak tahu nomor telepon handphone-nya,” tutur Jalali.

Jalali sendiri, sejak mengetahui bahwa ibunya menghilang, sudah melapor ke beberapa kantor polisi, diantaranya Polsek Sepaku, Polsek Taman Hutan Rakyat (Tahura) di Bukit Soeharto dan pos polisi Km 38 Samboja. Namun, sampai sekarang belum ada informasi yang bagus tentang keberadaan ibunya.

“Saya juga terus berkomunikasi dengan Polsekta Balikpapan Barat untuk mengetahui perkembangan temuan mobil itu. Yang ingin saya ketahui, kok bisa mobil itu ditemukan parkir di pinggir jalan, dekat hutan,” imbuhnya.

Sekarang, Jalali hanya berharap, seseorang yang mengetahui kabar tentang ibunya, bisa langsung menghubungi dirinya. Dia betul-betul khawatir dengan keadaan ibunya. Apalagi mengingat usia ibunya yang sudah senja.

“Saya benar-benar minta tolong. Siapapun yang punya informasi tentang ibu saya, segera hubungi saya. Saya kangen dengan ibu saya,” harapnya.

Untuk nomor telepon yang bisa dihubungi, Jalali meninggalkan dua nomor yakni 0813 4644 8194 dan 0813 5001 0276. “Kapan saja ada informasi, saya minta untuk menelepon. Insya Allah, nomor ini selalu aktif kapanpun,” kata Jalali. (qra)

Diposting oleh ikram (qra) Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates