Friday, June 6, 2008 di Friday, June 06, 2008 |  

Cerita Sedih Dibalik Pencarian Jenazah Hj Patonah

Ikram al Qodrie

BEBERAPA jam setelah jenazah Hj Patonah (79) ditemukan di hutan kawasan Bukit Soeharto, Post Metro berbincang dengan anak menantu Hj Patonah, Jalali Harahap. Meski memendam kesedihan, Jalali masih melayani permintaan wawancara. Kelelahan tampak sekali di wajah pengusaha ini. Maklum, Jalali baru saja melakukan perjalanan ke Samarinda, kemudian balik lagi ke Balikpapan dan melakukan pencarian jenazah ibunya di Km 60 Jl Soekarno Hatta selama 1,5 jam lebih.

Di Penajam Paser Utara (PPU), Jalali Harahap bukanlah orang kebanyakan. Dia adalah pengurus Partai Golkar, partai yang menjadi pemenang dalam pemilihan kepala daerah di Penajam dengan mengusung Andi Harahap dan Mustakim. Selain sebagai pengurus partai, Jalali juga merupakan salah satu pengusaha dan menjadi ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Penajam Paser Utara (PPU).

Jalali menuturkan, dia benar-benar meluangkan hampir semua waktunya untuk mencari ibu mertuanya, Hj Patonah. Begitu mengetahui bahwa ibunya hilang pada Kamis (29/5) lalu, keesokan harinya dia langsung meluncur ke Sepaku untuk mencari informasi.

“Pada hari Kamis, ibu sempat menelepon ke keluarga di Semarang. Tapi nggak diangkat, karena masih sibuk. Keluarga di sana sempat menelepon saya, mau tahu bagaimana kabar ibu. Saya langsung mengutus salah satu anak saya untuk ke Sepaku, ternyata ibu tidak ada di rumah. Kata pembantu di sana, ibu sedang berbelanja,” kata Jalali dengan mimik sedih.

Karena berpikir tidak ada masalah, Jalali lantas memutuskan untuk pergi ke Sepaku pada hari Jumat (30/5) besoknya. Pada hari Jumat, dia kembali mendapat kabar Patonah tak pulang ke rumah. Jalali mulai kebingungan, dia pun memutuskan pergi lagi ke Sepaku. Di Penajam, Jalali tinggal di Petung, dia menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menuju rumah ibunya.

Dari para tetangga ibunya di Sepaku, Jalali mendapat kabar bahwa Patonah bepergian dengan Rahmat alias Amat, mantan sopir ibunya yang dulu pernah dipecat.

Menurut Jalali, penyebab Amat dipecat hanya masalah sepele. Patonah umurnya sudah 79 tahun, biasanya sedikit cerewet. Mungkin, Rahmat sembrono ketika menggunakan mobil dan akhirnya dipecat oleh Patonah.

“Ibu sangat sayang dengan mobilnya. Mungkin Rahmat ugal-ugalan waktu bawa mobil, jadi ibu nggak senang,” katanya.

Patonah adalah warga Pasar ITCI, Sepaku. Mesi sudah uzur berusia 79 tahun, Patonah masih sehat dan lincah menjalankan usaha dagang. Dia mempunyai toko kelontong yang berdagang alat-alat kebutuhan rumah tangga dan berbagai pernak-pernik semisal sepatu, tas, kain dan baju serta celana.

Pada saat tahu bahwa Patonah bepergian dengan Amat dan belum pulang selama dua malam, Jalali sebenarnya sudah curiga, ada yang tidak beres. Dia bahkan sudah menyiapkan mentalnya guna menghadapi kabar paling pahit sekalipun. Hal itu dia ungkapkan kepada salah seorang kerabatnya yang sama-sama berangkat ke rumah Patonah di Sepaku.

Dari rumah Patonah, Jalali lantas meluncur ke rumah Amat. Di sana, Jalali sempat bertemu dengan istri Amat yang sedang hamil. Jalali bertanya kepada wanita itu, di mana suaminya berada saat ini, tetapi istri Amat mengaku tak tahu. Suaminya juga tak pernah menghubungi dirinya sejak Rabu (28/5) lalu.

Deg…jantung Jalali seakan tertahan begitu tahu bahwa Amat tak pulang ke rumah. Dia semakin yakin bahwa ibunya terjebak dalam bahaya. Selesai dengan istri Amat, Jalali langsung menuju Polsek Sepaku, dia melaporkan ibunya yang tak pulang selama dua hari. Amat disebut sebagai orang terakhir yang bersama ibunya. Tak berhenti sampai di situ, Jalali juga menghubungi paranormal untuk mengetahui keberadaan ibunya. Dari paranormal, didapat kabar bahwa ibunya berada di Samboja dalam keadaan kritis.

“Jasadnya disembunyikan makhluk halus,” kata Jalali, menirukan ucapan paranormal yang ditemuinya.

Berbekal petunjuk dari paranormal, Jalali pergi ke Samboja. Dia melapor ke polsek di sana. Dia juga datang ke Polsek Tahura (Taman Hutan Rakyat). Pada hari Sabtu (31/5) lalu, Jalali mendapat kabar bahwa mobil ibunya ditemukan di pinggir hutan Kariangau, Balikpapan Barat. Jalali semakin kebingungan. Dugaannya semakin menguat bahwa ibunya memang berada dalam bahaya.

Jalali lalu merapat ke Mapolsekta Balikpapan Barat. Setelah memastikan bahwa itu adalah mobil ibunya, Jalali lantas menghubungi Polres Penajam untuk memberitahu kabar tersebut. Tetapi Jalali masih belum puas, dia lalu berusaha untuk mencari kabar lebih banyak lagi. Dari berbagai informasi yang dia kumpulkan, Jalali mengetahui bahwa Amat sempat mendatangi rumah kakaknya di Samarinda Seberang, Rapak Dalam.

Pada Selasa (3/6) lalu, pria tersebut meluncur ke Samarinda. Tujuannya adalah mendatangi rumah Indar, kakaknya Amat untuk mendapat cerita lebih lengkap. Tetapi, belum lagi sampai di jalan, teleponnya berbunyi. Polisi dari Mapolsekta Balikpapan Barat menghubunginya dan memberitahukan bahwa Amat sudah tertangkap. Jalali banting stir ke Balikpapan dan membatalkan niatnya bertemu dengan Indar.

Mobil dikebut balik ke Balikpapan. Di jalan menuju ke Balikpapan, Jalali terus berkomunikasi dengan polisi. Akhirnya, Jalali dan anggota Polsekta Balikpapan Barat yang di-back up Polres PPU janjian bertemu di Km 45 Jl Soekarno Hatta. Amat berada di dalam rombongan polisi, mereka akan melakukan pencarian jenazah Patonah.

Setelah bertemu, rombongan langsung berangkat. Kepada koran ini, Jalali mengaku, dia menyimpan geram yang amat sangat dengan Amat. Jika mengikuti kata hati, ingin rasanya dia menghampiri Amat dan memukulinya sampai puas. Tapi, dia berusaha menahan dan memfokuskan diri pada pencarian jenazah ibu mertuanya.

Kepada polisi, Amat mengaku bahwa dia membunuh dan membuang Patonah di sekitar Km 60 Bukit Soeharto. Dia membuang di dekat trotoar. Pencarian mulai dilakukan. Jalali memboyong banyak sekali sanak keluarganya dari Penajam. Mereka menggunakan truk, rombongan itulah yang membantu pencarian jenazah Patonah sampai dapat.

Pencarian dimulai dari Km 50 Bukit Soeharto. Sedikit demi sedikit jalan disusuri, setiap menyusuri trotoar, rombongan berhenti dan mulai mencari. Ada juga yang terus berjalan pelan sambil menghirup udara dalam-dalam. Tujuannya adalah mengendus bau bangkai yang pasti timbul dari jenazah Patonah.

Amat mengaku dia membunuh Patonah pada Rabu (28/5) lalu. Berarti, jika dihitung sampai waktu pencarian pada Selasa itu, maka jenazah Patonah sudah berumur 6 hari dan tergeletak di pinggir jalan. Bau menyengat pasti menyeruak dari jenazah yang tergeletak di pinggir jalan selama enam hari.

Benar saja, seorang tukang ojek memberitahukan kepada salah seorang petugas polisi bahwa dia mengendus bau yang sangat tidak nyaman di Km 60 Bukit Soeharto. Hampir seluruh rombongan bergerak ke sana. Dan benar saja, sesosok mayat tampak menyeruak dari semak-semak. Baunya menyengat sekali. Sampai radius 30 meter, masih tercium jelas. Seruan menyebut asma Allah langsung berhamburan.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar,” kalimat itu tak putus diucapkan ketika jenazah dievakuasi ke dalam mobil ambulance.

Insiden kecil sempat terjadi pada saat pencarian jenazah. Mobil yang ditumpangi oleh Amat kebetulan berpapasan dengan rombongan keluarga Patonah. Beberapa orang keluarga Patonah langsung merangsek mendekati mobil Isuzu Panther milik Patonah itu.

Salah seorang bahkan berhasil mendekat sampai ke jendela mobil. Tangannya berusaha menjotos Amat. Satu pukulan dilesakkan, untungnya seorang petugas Polsekta Balikpapan Barat langsung menarik Amat. Mobil dilarikan menuju ke Balikpapan.

Jalali sendiri mengaku dirinya puas sekali ketika tim pencari berhasil menemukan jenazah ibunya. Tetapi, ketika pertama kali melihat jenazah Patonah, pandangannya langsung kabur, dia limbung nyaris pingsan.

“Saya nggak tahan, Mas. Rasanya saya marah sekali dengan Amat. Tapi sudahlah, saya sudah senang meskipun hanya bertemu dengan jenazahnya saja. Plong sekarang. Minimal, sekarang ibu bisa beristirahat dengan tenang,” tuturnya.

Jalali mengisahkan, sebelumnya dia memang pernah bermimpi dia diserang dengan beberapa orang. Waktu itu, katanya, dia berusaha untuk melindungi salah satu temannya.

“Yah, mungkin ini arti mimpi itu. Waktu itu saya nggak terlalu mikirkan, karena banyak sekali kegiatan berkenaan dengan Pilkada,” ungkapnya, sebelum pergi meninggalkan lantai tiga Gedung Biru, Selasa (3/6) lalu. (*)

Diposting oleh ikram (qra) Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates