Tuesday, June 3, 2008 di Tuesday, June 03, 2008 |  
Elly dan Cerita Pembunuhan yang Dilakukannya
Tak Sadar Menikam, Semua Kejadian di Luar Kendali

WAJAH Elly Rotty (bukan Ely Roti seperti diberitakan kemarin) terlihat memendam kesedihan. Dia tak lagi sesangar waktu kali pertama ditangkap polisi Minggu (1/6) lalu. Matanya bengkak karena kurang tidur. Saat diwawancarai Post Metro, terlihat Elly berusaha sekali agar tak menitikkan air mata. Meski sebenarnya air mata itu sudah akan jatuh. Kepada koran ini, Elly bercerita tentang kronologi pembunuhan yang dilakukannya, tentunya menurut versi dia.

Ikram al Qodrie

Baju yang dikenakan Elly sama persis dengan ketika kali pertama dia ditangkap polisi. Dia tak berganti baju karena belum ada satupun keluarganya yang datang menjenguk. Istri dan anaknya juga tak pernah datang. Praktis, dia hanya menyantap makanan harian dari polisi dan mengenakan baju tahanan pemberian petugas jaga Polsekta Barat.

Saat ini, kata Elly, istrinya sedang hamil besar. Mungkin, dalam beberapa hari ini akan segera melahirkan. Elly berpikir, kemungkinan besar hal itulah yang membuat istrinya tak menjenguk dia. Anak yang akan keluar dari rahim istrinya itu adalah yang ketujuh. Sebelumnya, Elly sudah punya enam anak dari istrinya tersebut. Tapi, yang ikut dengan dia hanya tiga anak. Sisanya berpencar ke tempat sanak saudara yang lain.

Sehari-harinya, Elly bekerja di sebuah tempat pembuatan batu bata. Tugasnya sebagai pengangkat kayu yang akan digunakan untuk membakar batu bata. Dia bekerja seperti itu sudah dua minggu. Gajinya tergantung berapa kayu yang bisa dia muat. Satu truk kayu dihargai Rp 25 ribu. Dalam satu hari, Elly mengaku dia bisa mengangkut kayu sampai tiga truk bahkan lebih.

Elly sering bekerja sambil menenggak minuman keras. Seperti yang dia lakukan siang itu bersama seorang kawannya. Dua minuman keras jenis Kolonel menemani dia ketika bekerja mengangkat kayu.

Sore sehabis kerja, Elly langsung pulang ke rumahnya di Kariangau, Balikpapan Barat. Untuk masuk ke rumahnya, Elly harus melewati gang kecil. Ketika lewat di rumah salah seorang tetangganya, dia sempat ditegur dengan kata-kata yang cukup kasar.
Hal itu membuat Elly marah. Tapi dia tak menanggapi. Elly langsung pulang ke rumahnya. Dia sempat ‘curhat’ ke istrinya bahwa dia baru saja dimarahi tetangganya. Tapi, istrinya menenangkan. Istrinya itu menyuruh dia tidur di kamar. Tapi, sampai sore sekitar pukul 18.00 Wita, Elly tak juga bisa tidur.

Gerah di rumah, mantan penjual karcis Terminal Batu Ampar itu berjalan-jalan keluar. Sebelum melangkah keluar dari rumah, Elly membungkus badik pemberian temannya dengan kertas dan menyelipkannya di pinggang. Elly berjalan tak tentu tujuan. Habis maghrib, Elly duduk-duduk di belakang warung dekat rumahnya.

Saat sedang duduk-duduk itu, datanglah Wahyu yang ingin buang air kecil. Elly mengatakan, dia sama sekali tak punya niat apa-apa. Ketika melihat Wahyu selesai buang air kecil, Elly memanggilnya dan meminjam api rokok. Begitu selesai membakar rokok, entah kenapa Elly langsung menikamkan badiknya ke bagian perut Wahyu.
“Saya ndak sadar, Mas. Sumpah. Setelah itu saya langsung lari. Wahyu sepertinya sempat akan mengejar saya, tapi dia jatuh,” katanya.

Elly mengakui, dia sama sekali tak tahu kenapa bisa menikam. Dia bahkan tak sadar ketika menikam. Semua terjadi di luar kendali dia. Sehabis menikam, Elly mengakui, dirinya sangat ketakutan. Dia berlari ke hutan dan sempat tertidur di lapangan berpasir di dalam hutan. Dia terbangun sekitar pukul 03.00 Wita, Minggu (1/6).

Saat terbangun, yang ada di kepala Elly adalah, ingin pulang ke rumahnya. Dia bingung dan ketakutan. Berjalan kurang lebih dua kilometer, Elly sampai di rumahnya. Istrinya membukakan pintu dan menceritakan, ada yang mencari-cari dia. Dia tak tahu siapa yang mencari. Istrinya Elly menyarankan agar suaminya itu bersembunyi dulu, biar dia mencari informasi dulu apa yang terjadi.

Pagi hari sekitar pukul 08.00 Wita, Elly keluar dari rumahnya. Satu malam itu dia betul-betul kelelahan. Bersembunyi di dalam hutan, tidur kenyamukan di dalam hutan dan kini masih harus sembunyi lagi. Tujuan pertama yang ada di dalam otak Elly adalah rumah bosnya di Balikpapan Baru. Elly datang ke sana dan meminta uang Rp 50 ribu. Setelah dari sana, dia lalu naik angkot ke Terminal Batu Ampar dan menumpang bus tujuan ke Samarinda.

Elly turun di Km 24 Jl Soekarno Hatta. Dari sana, dia berjalan kaki ke kebun keluarganya. Letak kebun keluarganya itu cukup jauh. Elly tak bisa menghitung berapa jarak yang dia tempuh. Di benaknya hanya ada pikiran cepat sampai di tujuan dan segera beristirahat. Selama satu malam, matanya tak bisa terpejam dengan tenang. Bayangan tentang kejadian itu selalu berseliweran di dalam kepalanya.

Sampai di kebun keluarganya itu, Elly lalu menceritakan apa saja yang telah dialaminya. Oleh beberapa orang keluarganya, Elly disarankan untuk menyerahkan diri. Daripada bersembunyi terus, lebih baik dia datang ke polisi dan menceritakan semua dengan sejelas-jelasnya.

“Saya istirahat di sana. Lalu sore harinya, Pak Polisi datang menangkap saya,” imbuhnya.

Kini, setelah semua terjadi dan dia meringkuk di penjara, Elly mengaku dirinya sudah pasrah. Apapun yang akan terjadi, dia berusaha untuk menghadapi. Untuk istrinya, dia sudah memberitahukan agar segera mengambil uangnya yang masih ada pada bosnya. Uang itu adalah hasil dia mengangkut kayu yang belum dibayar. Selain itu, dia juga masih ada uang hasil penjualan batu bata. Uang itu juga masih ada pada salah satu temannya. Semua uangnya itu berjumlah sekitar Rp 450 ribu.

“Uang itu untuk biaya melahirkan istri saya. Sudah saya bilangi, harus kemana-mana saja kalau ingin mencairkan uang itu,” katanya, pelan. (*)
Diposting oleh ikram (qra) Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates