Keluarga Tamyis setelah Kabar Dibawa Kabur Genderuwo Sibuk Gelar Tahlilan, Sisakan Pertanyaan Besar LISTRIK padam lagi. Malam itu, hampir sebagian Kota Minyak dibungkus kegelapan. Di salah satu rumah di dekat pemotongan sapi, terlihat banyak orang bergerombol. Mereka mengenakan baju koko berlengan panjang dan pendek. Ada juga yang berbatik. Semuanya tampak rapi duduk berderet di ruang tamu rumah bercat krem itu. Ikram al Qodrie Selasa (20/5) malam itu merupakan hari keempat tahlilan Tamyis, warga Indrakila yang tewas di kubangan lumpur, Kampung Timur. Tahlilan digelar di rumah yang salah satu kamarnya disewa oleh Tamyis dan istrinya. Banyak tetangga berdatangan. Mubasaroh, istri Tamyis sibuk memasak di dapur. Sementara Imam, anak pertama Tamyis berdiri di depan rumah menyambut tetangga yang datang untuk mengikuti tahlilan. Karena lampu sedang mati. Tahlilan hari itu tak disertai pembacaan surah Yasin. Tetapi langsung meloncat, membacakan doa selamat untuk Tamyis. Hidangan untuk para peserta tahlilan adalah nasi goreng, kerupuk lengkap dengan telur mata sapi. Imam tampak serius membaca doa selamat untuk ayahnya. Tahlilan malam itu tak berlangsung lama. Kurang lebih setengah jam atau sekira pukul 21.00 Wita, selesailah acara. Setelah makan-makan, para tamu pulang. Di ruang tamu, tempat tahlilan dilakukan, hanya tersisa Imam, Mubasaroh dan beberapa orang yang ikut menyewa kamar di rumah itu. Mengenakan baju kaos berwarna paduan kuning dan putih, wajah Mubasaroh tampak lelah sekali malam itu. Meskipun begitu, dia masih mau menyempatkan waktu berbicara dengan wartawan yang sudah setengah jam menunggunya. Mubasaroh kini terlihat lebih cerah dibanding hari pertama saat mayat suaminya ditemukan. Dia juga sudah bisa diajak ngobrol tentang suaminya. Menurut Mubasaroh, suaminya itu sudah dua minggu sakit. Sebelum ditemukan tewas, suaminya itu memang terlihat seperti orang kebingungan. Tak tahu penyebabnya apa. Tapi, dia melihat perbedaan yang mencolok pada suaminya. “Bapak lebih pendiam, jarang ngomong dengan saya dan Imam,” katanya. Karena sakitnya itu, Tamyis sudah tak pernah pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan jualan. Seminggu sebelum ditemukan tewas, praktis Tamyis hanya berada di dalam kamar sewaan. Salat dan duduk merenung dua hal yang paling sering dilakukannya. Imam, anak sulung Tamyis juga merasakan hal yang sama. Dirinya melihat perbedaan pada bapaknya, selama berada di Balikpapan. Imam baru dua minggu lebih berada di Balikpapan. “Saya datang waktu dikabari bapak sakit,” katanya. Selama dua minggu di Balikpapan, Tamyis melihat bapaknya itu jarang ngomong dan tak seceria dulu. “Bapak memang pendiam. Tapi, kalau dengan orang yang dikenalnya sering ngobrol,” kenangnya. Imam menceritakan, dia sepenuhnya sudah ikhlas dengan apa yang terjadi dengan bapaknya. Tentang kematian bapaknya di kubangan lumpur, dia juga sudah ikhlas. Tapi, sampai sekarang masih ada satu pertanyaan yang mengganjal di hatinya. “Bapak di mana saja selama satu minggu menghilang itu. Sebagai manusia beragama, saya tak bisa percaya kalau bapak disembunyikan makhluk halus atau genderuwo,” tuturnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mubasaroh. Wanita itu mengaku dirinya sudah ikhlas dengan kematian suaminya. Meski sampai kini dia belum bisa berjualan karena trauma, tapi keadaannya sudah lebih baik ketimbang hari-hari pertama ketika suaminya ditemukan meninggal. “Sudah tak ada masalah. Saya sudah bisa menerima semuanya,” imbuhnya. Tamyis adalah pria pendatang asal Jawa Timur. Dia dan istrinya baru setengah tahun tinggal di Jl Indrakila RT 31 Balikpapan Utara. Pria itu ditemukan telah menjadi mayat pada Sabtu (17/5) lalu di kubangan sapi, tak jauh dari tempat dia tinggalnya. Sebelum ditemukan telah menjadi mayat, Tamyis dinyatakan hilang selama satu minggu lebih. Menurut Mubasaroh, suaminya itu hilang pada hari Minggu (11/5) lalu sekira pukul 15.00 Wita. Waktu itu, Imam anak sulungnya datang ke tempat Mubasaroh berjualan. Imam datang untuk menyuruh ibunya salat Dzuhur. Waktu Mubasaroh pulang ke rumah, suaminya itu sudah tak ada lagi di rumah. Dicari ke sekeliling rumah juga tak ada. Padahal, ketika Imam keluar rumah untuk menemui ibunya, Tamyis masih ada di dalam kamar. Jarak tempat tinggal keluarga Tamyis dengan warung hanya sekitar 100 meter lebih. “Saya tanya ke tetangga, tapi bapak sudah ndak ada,” katanya, lirih. (*)
Diposting oleh ikram (qra) Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates