Anak Empat Tak Sekolah, Tinggal Berpencar
La Piatu, Warga Balikpapan yang Dibunuh di Samarinda


KASUS pembunuhan La Piatu seolah tak berbekas lagi di rumahnya di Jl PDAM RT 32 Km 8 Soekarno Hatta. Keluarga La Piatu sudah melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Orangtuanya juga telah pulang kembali ke rumahnya di perkampungan Buton Jl MT Haryono, dekat Pasal Buton. Minggu (18/5) lalu, jenazah La Piatu dimakamkan di pemakaman umum Km 8.

Ikram al Qodrie

Post Metro bertandang ke rumah La Piatu sore kemarin. Dari Jl PDAM, rumah La Piatu cukup jauh masuk ke dalam, sekitar 1 km lebih. Dari pinggir jalan pun, rumahnya masih masuk lagi ke dalam sekira 30 meter. Di rumah itu, sejak bercerai dengan istrinya, La Piatu hanya tinggal sendirian. Empat anaknya (satu meninggal) tinggal terpisah-pisah. Satu ikut dengan mertua, satu dengan mantan istrinya, satu pesantren di Km 8 Jl Soekarno Hatta dan satu lagi ikut keluarga di Ambon.

“Anaknya tidak ada yang sekolah. Mereka tak punya biaya,” kata Wa Abe (20), adik ipar La Piatu.

Empat anak kandung La Piatu adalah, Agus (16, Ambon), Ismail (12, pesantren), Yuni (8, ikut mertua) dan La Jaril (4, ikut mantan istri).

La Piatu, kata Wa Abe, jarang ada di rumahnya. Dia lebih sering kumpul dengan teman-temannya di luar. Apalagi semenjak bercerai dengan istrinya, tiga tahun silam. Kerjanya pun tak tentu. Kadang berkebun, kadang ikut kerja dengan orang, serabutan. “Sebelum pergi ke Samarinda dia sempat nanam singkong. Sampai sekarang belum dipanen,” kata Salfianti (21), suami Wa Abe.

Rumah La Piatu terletak persis di belakang rumah mertuanya. Rumah itu terbuat dari kayu dan sama sekali tak pernah tersentuh cat minyak atau pewarna apapun. Luas rumahnya cukup besar. Tapi, di dalamnya kosong. Tak ada perabotan apapun, layaknya rumah tinggal. Untuk memasak pun hanya ada besi, seperti yang biasa digunakan untuk membakar ikan.

“Dulu, waktu masih tinggal di sini, dia sering masak pakai kayu bakar,” tutur Anto—sapaan akrab Salfianto, ketika mengantarkan ke rumah La Piatu di belakang rumahnya.

La Piatu sebenarnya baru berangkat ke Samarinda 2 minggu lalu, tepatnya tanggal 3 Mei silam. Keluarganya di Balikpapan, baru tahu kabar kematiannya Minggu lalu sekira pukul 02.00 Wita, dini hari. “Waktu itu jenazahnya dalam perjalanan ke sini,” imbuh Wa Abe.

Berita kematian La Piatu cepat menyebar. Orangtua, istri dan semua kerabatnya berdatangan ke Jl PDAM. Pagi hari, jenazah La Piatu dimandikan. “Semua keluarga ikut mengantar ke pemakaman,” tuturnya.

La Piatu tewas dibunuh oleh temannya sendiri, Sabtu (17/5) lalu. Penyebabnya sepele, pelaku pembunuhan bernama La Atu alias Taufik (27) marah karena dia disinggung oleh korban. La Piatu tewas dengan cara mengerikan. Lima luka tikam menghiasi dada, pinggang dan lehernya. Kepalanya juga bocor gara-gara dipukul balok berkali-kali oleh Taufik.

Wa Abe berkisah, dia jarang bertemu dengan La Piatu. Dulu, waktu belum bercerai dengan kakaknya, dia sering bertemu. Tapi, sekarang, paling dua hari sekali. La Piatu, kata Wa Abe, sebenarnya tak suka ribut. Tapi, katanya, orang itu sering ngomong ngawur.

“Ya, hanya omongannya aja yang ngawur. Tapi orangnya baik kok. Kalau dipukul, dia paling diam saja tak melawan,” ujar Wa Abe yang diamini Anto.

Wa Abe dan Anto, tak merasakan kesedihan yang mendalam ditinggal La Piatu. Pun begitu dengan Yuni. Sore itu dia tampak riang di rumahnya. Yuni sendiri, meskipun tinggal dengan neneknya, juga tak bersekolah. “Neneknya juga tak ada uang,” kata Wa Abe. (*)
Diposting oleh ikram (qra) Label:

1 komentar:

ikram (qra) said...

Mohon komentar, pleaseee...

May 21, 2008 at 9:15 a.m.  
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates