Istri Ferry setelah Kasus Perampokan Suaminya Ramai Didatangi Polisi, Tegar dan Bertahan Demi Anak Ikram al Qadrie “SAYA kaget sekali, Mas. Kejadian itu benar-benar di luar dugaan. Saya tak pernah menyangka dia akan senekat itu. Sebelumnya, tak ada firasat apa-apa. Saya dengan dia masih bertemu Selasa lalu, saya yang memasukkan barang-barang kebutuhannya ke dalam tas ransel yang dia bawa. Semua berjalan biasa saja” Rumah beton itu sederhana. Ada pagar seng yang menutupi sebagian teras depannya. Terletak di perkampungan di Jl Dahor, Karang Anyar, Balikpapan Barat. Ruang tamunya tak terlalu luas. Ada meja makan yang menyatu dengan ruang tamu. Lemari besar yang berisikan gelas dan piring-piring hias disusun rapi di dalam lemari yang diletakkan di salah satu sudut ruang tamu. Ada juga kursi dan meja yang disiapkan untuk tamu. Rumah sederhana itu milik orangtua Ferry David, pelaku perampokan uang milik BNI 46 Sabtu (3/5) lalu. Di sana, hanya ada seorang wanita dan anak lelaki berumur sekitar 6 tahunan. Mereka adalah istri dan anak lelaki Ferry. Post Metro bertandang ke rumah itu Senin (5/5) siang kemarin. Waktu itu, anak lelaki Ferry baru saja pulang dari sekolah. Dialah yang membukakan pintu rumah. Begitu melihat ada dua orang tak dikenal di depan pintu, mulutnya langsung memanggil ibunya yang berada di dalam. Istri Ferry keluar, beberapa saat kemudian. Wanita itu berkulit putih. Posturnya sedang. Dia berasal dari Bandung. Menikah dengan Ferry pada 2008 lalu dan baru dikaruniai satu anak. “Masuk, Mas. Duduk aja, saya nyiapin makan dulu ya. Anak saya baru pulang dari sekolah. Kelaparan,” katanya, sembari membukakan pintunya lebih lebar lagi. Hampir 10 menit menunggu di ruang tamu, wanita itupun selesai dengan pekerjaannya. Sementara anaknya makan di dalam, dia keluar menemani kami. Semula, dia agak terkejut ketika tahu tamunya adalah wartawan. Tapi, beberapa kejap kemudian, dia bisa mengendalikan diri. Sesekali, anaknya yang sedang makan di dalam keluar dan bergabung di ruang tamu. Tapi, segera disuruhnya masuk lagi ke dalam. “Saya nggak mau dia tahu. Kasihan dia, sudah dua hari nanyakan bapaknya terus,” katanya. Istri Ferry orangnya ramah. Dia amat welcome dengan siapapun yang datang. “Saya didatangi orang terus, Mas. Polisi, intel, orang reskrim dan sekarang wartawan,” katanya. Meskipun sambutannya hangat, tetapi istri Ferry menolak difoto dan menyebutkan namanya. “Mas, saya hanya minta tolong itu saja. Saya masih harus melanjutkan hidup. Anak saya masih harus sekolah dan saya yang mengantarkan dia. Jadi, tolong jangan foto saya,” pintanya. Istri Ferry menceritakan, dia terakhir bertemu suaminya pada Selasa lalu. Ibu Ferry sakit dan sekarang di RS Pertamina Balikpapan, jadi Ferry izin pulang ke Balikpapan dan menengok ibunya. Itupun hanya satu hari saja, setelah itu, Ferry kembali ke Penajam. Menurut istri Ferry, suaminya itu nekat merampok karena sakit hati dipindahkan ke Petung, Penajam Paser Utara (PPU). Ferry dekat dengan anak semata wayangnya. Setiap hari dia mengantar anaknya itu ke sekolah, les bahasa Inggris dan les privat lainnya. “Saya juga nggak tahu pasti, suami saya itu nggak mau cerita ke saya kalau lagi ada masalah, apalagi soal kerjaan. Dia paling nggak mau bahas. Tapi, dia punya teman di kantor, yang menjadi teman curhatnya,” katanya. Wanita itu sempat memanggil teman Ferry itu. Tapi sayang, ketika dihubungi dia sedang berjaga di Bank BNI 46 yang hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah Ferry. Semula, percakapan berjalan santai. Di tengah obrolan, tetangganya datang dan juga ikut bergabung. Tetangga istri Ferry itu berjilbab. “Dia yang kasikan saya koran tentang kasus suami saya. Pertama saya nggak tahu sama sekali. Waktu baca koran, saya langsung drop. Pingsan. Tadi, waktu ngantarkan anak saya, rasanya malu banget. Tapi, saya kuatkan saja, saya harus tegar demi anak,” tuturnya. Waktu hari pertama berita tentang Ferry keluar di media massa, istrinya belum tahu kabar tentang suaminya itu. Dia masih lenggang-kangkung dan tak punya firasat apa-apa. Hari Minggu lalu, ketika dia keluar dari rumah, ramai tetangganya berkumpul di dekat rumahnya. Mereka sibuk membincangkan sesuatu. Tapi, dia tak tahu kalau dialah yang menjadi bahan pembicaraan. “Saya cuek saja, Mas. Lewat depan tetangga. Seolah nggak ada apa-apa. Tapi, sekarang pun saya sudah nggak apa-apa kok. Semuanya sudah terjadi. Ini resiko. Kalau ada tetangga yang nanya, saya siap jelaskan kok,” ucapnya. Tetapi, setangguh apapun dia, tetap saja naluri wanitanya tak bisa dihilangkan. Ketika sudah membahas masa depan anaknya, matanya langsung berkaca-kaca. Tapi air matanya tak sampai jatuh. Wanita itu benar-benar tegar. “Hujan pasti akan berhenti. Begitu juga dengan masalah ini,” ungkapnya. (*)
Diposting oleh ikram (qra) Label:

1 komentar:

ikram (qra) said...

kalau singgah ke blog ini, mohon tinggalkan komentarnya untuk setiap tulisan. Akan diperhatikan dan dibalas, thanks.

May 18, 2008 at 5:36 a.m.  
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates